Sang Lubdaka


Kacritayang daweg dumun, wenten juru boros, maparab I Lubdaka. Liat salap baos banggras dengkak-dengkik. Solah ngapak-apak, nyapa kadi aku. Akedik nenten madruwe manah welas asih, morosin kidang, bojog wiyadin irengan.

Makna Tamiang, Endongan, Ter dan Sampian Gantung Pada Hari Raya Kuningan



Hari Raya Kuningan yang dirayakan umat Hindu 10 hari setelah Hari Raya Galungan ditandai dengan ciri khas sejumlah sarana, seperti tamiang, endongan, ter atau pun sampian gantung. Sarana itu dipahami sebagai simbol-simbol yang identik dengan alat-alat perang. Apa makna di balik simbol alat-alat perang itu? 

Kisah Kehidupan Karna, Dikehidupan Sebelumnya SebagaiAsura


Karna adalah Reinkarnasi dari Iblis jahat (Asura / Rakshasa) bernama Sahasra Kavacha / Dambhodbhava / Tanasura yang  telah menindas jutaan manusia tak berdosa dan para Brahmana dan juga telah menciptakan kekacauan di Bumi  & Swargaloka. Sementara Arjuna adalah inkarnasi dari seorang Rsi yang bernama Nara (yang juga merupakan pendamping dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari Narayana / Dewa Wisnu).

Makna Hari Raya Sugihan Jawa dan Sugihan Bali


Masih banyak masyarakat Hindu di Bali bertanya-tanya mengenai rahinan sugihan yang mana yang harus diikuti, apakah sugihan Jawa atau sugihan Bali. Ada yang menyatakan harus mengikuti sugihan Jawa karena keturunan dari Majapahit (Jawa) dan ada yang bilang harus sugihan Bali karena orang Bali asli. Apakah benar seperti itu?

16 Rentetan Hari Raya Galungan



1. TUMPEK WARIGA

Jatuh pada hari Saniscara, Kliwon, Wuku Wariga, atau 25 hari sebelum Galungan. Upacara ngerasakin dan ngatagin dilaksanakan untuk memuja Bhatara Sangkara, manifestasi Hyang Widhi, memohon kesuburan tanaman yang berguna bagi kehidupan manusia.

Bima / Werkodara / Bayusuta / Bhimasena


Bima merupakan putra kedua dari Pandu dan Dewi Kunti. Dalam kisah disebutkan bahwa Bima merupakan titisan dari Batara Bayu atau dewa angin. Bima yang memiliki tubuh yang gagah dan berotot adalah orang yang paling kuat dari para Pandawa lainnya. Meski memiliki sifat yang kasar dan cepat marah, namun Bima memiliki hati yang sangat lembut. Bima dikenal sebagai salah seorang dari Pandawa yang paling ditakuti oleh musuh.

Tumpek Bubuh / Tumpek Wariga Mengingatkan Umat untuk Merawat Alam

UMAT Hindu setiap enam bulan sekali selalu diingatkan betapa pentingnya melestarikan lingkungan (tumbuh-tumbuhan), melalui perayaan Tumpek Uduh atau Tumpek Pengatag atau sering juga disebut Tumpek Bubuh dan Tumpek Wariga. Tumpek Bubuh yang siklusnya datang setiap 210 hari itu kembali diperingati secara ritual oleh umat Hindu, Sabtu Kliwon Wuku Wariga ini.

Makna Bubuh/Bubur Pada Perayaan Tumpek Bubuh


Setiap hari Sabtu Kliwon wuku Wariga, umat Hindu di Bali merayakan hari Tumpek Wariga. Hari raya yang juga dikenal dengan nama lain Tumpek Bubuh, Tumpek Uduh dan Tumpek Pengatag ini biasanya ditandai dengan tradisi membuat bubur (bubuh).